Pontianak Menganyam Keberagaman Lewat Festival Bakcang

Festival Bakcang Pontianak

Momen saat atraksi barangsai di pembukaan Festival Bakcang Pontianak 2025. (Dok. Beritain Kalbar/Epri Sandi Putra)

BERITAINKALBAR.COM, PONTIANAK — Pagi ini, 31 Mei 2025, Kota Pontianak kembali menunjukkan wajah terbaiknya dalam semangat keberagaman. Bertempat di Taman Alun-Alun Kapuas, Festival Bakcang Pontianak 2025 digelar dengan meriah dan penuh warna.

Suasana di tepi Sungai Kapuas itu seolah menjadi simbol dari aliran budaya yang saling menyatu dan menghidupi satu sama lain.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya Tionghoa, tetapi juga ruang temu antarbudaya yang hidup berdampingan di Bumi Khatulistiwa. Tarian Melayu, Dayak, musik tradisional Tionghoa, hingga atraksi barongsai tampil bergantian, menciptakan mozaik budaya yang harmonis.

Yang menarik, kegiatan ini diselenggarakan oleh Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Pontianak dengan semangat inklusif. Sebanyak 1.000 bakcang halal dibagikan kepada pengunjung, menunjukkan upaya untuk merangkul keberagaman masyarakat Pontianak yang multikultural.

Baca juga:  Pontianak di Pulau Mana? Jelajahi Letak Geografis dan Keunikan Kota Khatulistiwa

Salah satu agenda paling menarik perhatian adalah lomba makan bakcang. Aturannya cukup sederhana, namun menantang: tidak boleh mencuri start, dan peserta harus benar-benar menghabiskan bakcang yang ada di mulut sebelum dinyatakan menang.

Juri akan memeriksa langsung dengan meminta peserta membuka mulut sebagai bukti. Kategori juara terdiri dari juara I, II, dan III. Perlombaan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengundang gelak tawa dan rasa kebersamaan.

Baca juga:  Kronologi Pria Diduga Pemalak Truk Diamankan Polisi saat Antre BBM di SPBU Kota Baru

Tak hanya itu, acara juga dimeriahkan dengan kegiatan susur Sungai Kapuas serta permainan lempar kicang ke sungai, menghidupkan interaksi masyarakat dengan alam sekitar. Beragam panggung seni dan hiburan lokal semakin menyemarakkan festival, mempertegas bahwa ini adalah pesta rakyat untuk semua kalangan.

Festival ini lebih dari sekadar perayaan kuliner atau budaya etnik. Ia menjadi simbol keberagaman yang dirayakan secara terbuka, di ruang publik, tanpa sekat.

Di tengah meningkatnya polarisasi sosial dan politik, acara seperti ini menjadi penyejuk. Ia memperlihatkan bahwa perbedaan bisa dirayakan, bukan dijadikan alat untuk menciptakan jarak.

Baca juga:  Warga Apresiasi Perbaikan Jalan Pelang–Kepuluk, Harapan Lama Mulai Terjawab

Pontianak, dengan Festival Bakcang-nya, memberi teladan bahwa kearifan lokal bisa menjadi perekat sosial. Budaya bukan sekadar warisan, tapi juga alat pemersatu, ketika disampaikan dengan niat baik dan semangat inklusif. Dari bakcang, kita belajar bahwa makanan pun bisa menjadi jembatan antara satu identitas dengan yang lain.

Semoga perayaan semacam ini tidak berhenti sebagai seremoni tahunan semata, tetapi terus dikembangkan sebagai gerakan kebudayaan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Karena pada akhirnya, harmoni itu bukan sesuatu yang hadir begitu saja. Ia harus diupayakan. Dan Pontianak, pagi ini, sedang memberi kita pelajaran tentang itu. (Hasanal)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *