VIDEO: Penampilan Tari Sanggar Widya Art di PGD 2025, Wakil Kampus Pertama dalam Sejarah yang Ikut!

Penampilan Tim Tari Sanggar Widya Art di Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-39 Tahun 2025, Kamis (22/5). (Dok. Sanggar Widya Art)
BERITAINKALBAR.COM, PONTIANAK – Penampilan memukau ditampilkan oleh Sanggar Widya Art Universitas Widya Dharma Pontianak (UWDP) dalam lomba tari tradisional di ajang Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-39, pada Kamis (22/5/2025) malam WIB. Mereka mencatat sejarah sebagai sanggar pertama dari lingkungan kampus yang ikut serta dalam kompetisi tari di PGD, mempersembahkan tarian penuh makna bertajuk Bataja Adat Bajodi.
Tarian ini menampilkan prosesi pernikahan adat Dayak Ntuka dari Kecamatan Nanga Mahap, Kabupaten Sekadau.
Dalam koreografinya, para penari menari mengelilingi labah, simbol tempat upacara, sambil menyambut pesta adat dengan semangat kegembiraan dan rasa hormat terhadap tradisi leluhur.
Gerak yang anggun dipadukan dengan iringan musik tradisional menciptakan suasana magis, menyedot perhatian ribuan pengunjung yang memadati Rumah Radakng Pontianak.
“Partisipasi kami bukan sekadar kompetisi, melainkan bentuk dedikasi dalam menjaga warisan leluhur sekaligus wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan talenta di bidang seni dan budaya,” ujar Ketua Sanggar Widya Art UWDP, Albert.
Ia menyebut PGD menjadi ruang penting untuk unjuk karya dan membangkitkan semangat mahasiswa dalam pelestarian budaya Dayak.
Sementara itu, Maran selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Non-Akademik, dan Sarana Prasarana UWDP, menambahkan bahwa keikutsertaan sanggar merupakan bentuk nyata dukungan kampus terhadap peningkatan kesejahteraan mental mahasiswa melalui seni.
“Aktivitas seni dapat membantu meredakan stres, meningkatkan suasana hati, memperluas jaringan sosial, dan meningkatkan kepercayaan diri. Ini bagian dari peningkatan kualitas soft skill mahasiswa,” ujarnya.
Penampilan Sanggar Widya Art juga menjadi pembuktian bahwa mahasiswa bukan hanya pelaku akademik, tetapi juga penjaga dan penerus kebudayaan. Mereka bukan hanya tampil, tapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai lokal yang nyaris terlupakan lewat gerak, musik, dan ekspresi. (Epri Sandi Putra)