Pekan Gawai Dayak ke-39 Tahun 2025 Resmi Dibuka, Wujud Persatuan dan Pelestarian Budaya Kalbar

Pembukaan Gawai Dayak

Pawai Pekan Gawai Dayak 2025, Selasa (20/5/2025). (Dok. Beritain Kalbar)

BERITAINKALBAR.COM, PONTIANAK – Pekan Gawai Dayak (PGD) Kalimantan Barat ke-XXXIX resmi dibuka pada Selasa, 20 Mei 2025, di Rumah Radakng Pontianak. Peresmian dilakukan langsung oleh Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, yang memimpin prosesi pembukaan yang kental dengan nuansa adat dan budaya Dayak. Acara dibuka dengan ritual adat Bepadah dan Bepinta’o yang dilanjutkan dengan Madah Gawai—prosesi yang menandai dimulainya perayaan secara resmi kepada masyarakat luas.

Pembukaan Gawai Dayak 2025

Pada saat membuka acara, Wakil Gubernur Krisantus turut memukul alat musik tradisional Kangkuang dan melakukan penyumpitan balon sebagai simbol dimulainya PGD ke-39. Menurutnya, Pembukaan Gawai Dayak 2025 bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk mempererat ikatan seluruh elemen masyarakat Kalimantan Barat.

“Saya ingin Pekan Gawai Dayak ini sebagai momentum yang sangat baik karena dapat mempersatukan seluruh putra putri Kalbar. Suku apapun yang ada di Kalbar adalah putra Kalbar yang wajib pemerintah lindungi, ayomi, dan layani,” ujar Krisantus.

Seruan Persatuan dan Keteladanan

Wakil Gubernur Krisantus juga mengajak masyarakat Dayak untuk tampil sebagai panutan dalam kehidupan sosial dan kebangsaan. Ia menekankan bahwa PGD bukan hanya milik suku Dayak, tetapi bagian penting dari identitas kolektif masyarakat Kalbar.

“Momentum Gawai Dayak ini adalah pemersatu, jadi saya sampaikan kepada seluruh warga Dayak untuk memberikan contoh bahwa Dayak itu cerdas, Dayak itu bermartabat, berintegritas, Dayak itu cinta kasih. Oleh sebab itu kita sama-sama bangun Kalbar,” tambahnya dalam sambutannya.

Semangat inklusivitas ini tercermin dalam pelibatan berbagai elemen masyarakat, tidak hanya dari kalangan adat Dayak, tetapi juga dari seluruh etnis yang ada di Kalimantan Barat. Hal ini memperkuat semangat keberagaman sebagai kekuatan daerah yang tidak hanya dilestarikan, tapi juga dirayakan bersama.

Semarak Partisipasi Lintas Etnis dan Sajian Budaya

Ketua Panitia PGD ke-39 Kalbar, Martinus Sudarno, mengungkapkan bahwa tahun ini PGD melibatkan lebih dari 50 sanggar seni, serta partisipasi aktif dari Dewan Adat Dayak (DAD) dari kabupaten dan kota se-Kalimantan Barat. Lebih menarik lagi, menurut Martinus, panitia juga mengikutsertakan seluruh paguyuban etnis yang ada di Kalbar.

“Jadi, sengaja tahun ini kita ikut sertakan semua etnis yang ada di Kalimantan Barat untuk memeriahkan Pekan Gawai Dayak ini. Karena Pekan Gawai Dayak ini bukan hanya milik masyarakat Dayak, tapi milik masyarakat Kalimantan Barat,” tuturnya.

Sudarno juga menyebutkan bahwa antusiasme masyarakat terhadap PGD meningkat dari tahun ke tahun. Untuk itu, pihak panitia telah mengambil langkah antisipatif guna mengatasi kepadatan pengunjung, terutama di area Rumah Radakng.

“Itulah sebabnya nanti malam tidak boleh ada parkir di dalam lagi untuk mengingat kapasitas dari Rumah Radakng ini sangat terbatas supaya lebih leluasa masyarakat berkunjung ke sini,” ujarnya menambahkan.

Adat Ketungau Tesa’ek Sekadau di PGD 2025

Tahun ini PGD mengusung tema “Merawat Budaya, Menjaga Bangsa” dan subtema “40 Tahun Sekretariat Bersama Kesenian Dayak,” . Adapun subsuku yang jadi tuan rumah yaitu adat Dayak Ketungau Tesa’ek dari Kabupaten Sekadau.

Tradisi khas Keba Bepelaman diangkat sebagai bagian utama dari rangkaian ritual, menandakan kepedulian panitia dalam memperkenalkan ragam kekayaan budaya Dayak yang tersebar di berbagai wilayah Kalbar.

Rangkaian kegiatan PGD 2025 berlangsung sejak 18 hingga 24 Mei 2025. Sejumlah perlombaan digelar untuk memeriahkan acara.

Seperti Bujang Dara Gawai, lomba menyanyi lagu Dayak, pencak silat, pangka’ gasing, melukis perisai, menumbuk padi dan menampik, menyumpit. Kemudian, ada juga lomba tato Dayak dan lomba busana anak-anak. Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati sajian kuliner tradisional serta pameran budaya yang mencerminkan kekayaan warisan etnis Kalimantan Barat.

Dengan keterlibatan lintas budaya dan semangat pelestarian warisan leluhur, PGD membuktikan diri sebagai panggung inklusif yang merayakan keberagaman dalam harmoni. Kemudian, juga memperkuat identitas Kalbar sebagai daerah yang kaya akan budaya, nilai-nilai gotong royong, dan semangat persatuan. (da)

Baca juga:  Tim PKM-RE Biologi FMIPA Untan Ciptakan Pakan Ikan Patin Inovatif dengan Asam Humat Tanah Gambut

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *