Daftar Bahasa Daerah di Kalbar: Ada Bakatik, Melayu, hingga Dayak Kanayatn
BERITAINKALBAR.COM –Kalimantan Barat (Kalbar), sebagai provinsi yang kaya akan keberagaman budaya dan etnis, memiliki sejumlah bahasa daerah yang menjadi ciri khas masyarakatnya. Meskipun Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu umumnya digunakan sebagai bahasa penghubung, ada berbagai bahasa daerah yang masih aktif dituturkan oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Berikut beberapa daftar bahasa daerah di Kalbar!
Daftar Bahasa Daerah di Kalbar
1. Bahasa Bakatik
Bahasa Bakatik dituturkan oleh masyarakat di beberapa wilayah di Kalimantan Barat, termasuk Kabupaten Bengkayang, Kota Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Kubu Raya. Ada empat dialek bahas tersebut, yaitu Moro Betung, Ambawang Satu, Sahan, dan Rodaya.
2. Bahasa Bukat
Bahasa Bukat merupakan bahasa minoritas di Kalimantan Barat yang dituturkan oleh masyarakat di sekitar hulu Sungai Kapuas, terutama di wilayah Kecamatan Putussibau Utara dan Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Bahasa Galik (Golik)
Bahasa Galik atau Golik digunakan oleh masyarakat di beberapa kampung, seperti Mandong, Tayan Hulu, Engkahan, Kasro Mego, dan Tanap. Empat dialek bahasa ini, yaitu Mandong, Engkahan, Kasro Mego, dan Tanap.
4. Bahasa Kayaan
Bahasa Kayaan dituturkan di wilayah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, khususnya di sekitar hulu Sungai Kapuas. Isolek Kayaan dianggap sebagai bahasa tersendiri di Kalimantan Barat.
5. Bahasa Melayu
Bahasa Melayu adalah bahasa yang paling banyak digunakan di Kalimantan Barat. Penuturnya tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan kota, serta di kampung-kampung pedalaman.
6. Bahasa Punan
Bahasa Punan digunakan oleh masyarakat di Desa Tanjunglokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
7. Bahasa Ribun (Rihun)
Bahasa Ribun atau Rihun dituturkan oleh masyarakat di beberapa desa di Kabupaten Sanggau, seperti Tanggung, Semirau, Gunam, Empodis, Upe, dan Semongan.
8. Bahasa Taman
Bahasa Taman digunakan oleh masyarakat di wilayah hulu Sungai Kapuas, termasuk di beberapa desa seperti Engko’ Tambe, Pulau Manak, Mensiau, dan Nanga Tuwuk.
9. Bahasa Uud Daum (Ot Danum)
Bahasa Uud Daum atau Ot Danum merupakan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, khususnya di daerah hulu Sungai Melawi.
10. Bahasa Dayak Kanayatn
Bahasa Dayak Kanayatn, juga dikenal sebagai bahasa Kendayan, merupakan sebuah varian bahasa yang digunakan di wilayah Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, Indonesia. Ada beberapa dialek untuk bahasa tersebut, mencakup Ambawang, Kendayan, Ahe, dan Selako.
Dalam bahasa Dayak Kanayatn, terdapat penggunaan dialek seperti bahasa Ahe/Nana’ dan Damea/Jare. Secara isologis, yaitu garis yang menghubungkan persamaan dan perbedaan kosa kata yang serumpun, menjadikan sulit untuk merinci khazanah bahasanya. Hal ini disebabkan oleh keberagaman dialek dan logat pengucapan yang digunakan dalam bahasa tersebut.
Sebagai contoh, orang Dayak Kanayatn di wilayah Meranti (Landak) yang menggunakan dialek Ahe/Nana’ terbagi ke dalam dialek Behe, Padakng Bekambai, dan Moro. Sementara itu, Dayak Kanayatn di kawasan Menyuke (Landak) terbagi dalam dialek Satolo-Ngelampa’, Songga Batukng-Ngalampa’, dan Angkabakng-Ngabukit. Adanya percampuran dialek dan logat menyebabkan terbentuknya suatu bahasa baru.
Namun, perhatian yang perlu dihadapi saat ini adalah kurangnya pemahaman dan kepedulian generasi Dayak Kanayatn terhadap bahasa mereka sendiri. Banyak generasi muda yang tidak memahami atau kurang memperhatikan bahasa Dayak Kanayatn yang digunakan oleh para generasi tua secara turun temurun.
Dalam komunikasi sehari-hari, banyak kosa kata Melayu yang terserap dan kemudian “di-Dayak-kan”. Sebagai contoh, dalam bahasa Ahe asli, kata “lea” yang berarti “seperti” dalam bahasa Indonesia, kini menjadi “saparati” dalam bahasa Ahe yang digunakan saat ini. Bahasa yang digunakan oleh generasi muda saat ini lebih mudah dimengerti karena mirip dengan bahasa Indonesia atau Melayu.
Beberapa dialek yang umum digunakan dalam bahasa Dayak Kanayatn antara lain Ambawang, Kendayan, Selako, Ahe (daerah Meranti dengan dialek Ahe/Nana), dan variasi dialek di daerah Menyuke.
Peta bahasa Kemendikbud mencatat adanya sembilan bahasa di Kalimantan Barat, mencerminkan kekayaan linguistik dan budaya masyarakat setempat. Dengan menjaga dan mempromosikan keberagaman bahasa ini, diharapkan kearifan lokal dan identitas budaya Kalimantan Barat tetap terjaga dan berkembang.