Tokoh Muda Dayak Sintang Kritik Keras Transmigrasi ke Kalimantan: Urus Dulu Hak Hidup Masyarakat Lokal!

Noven Honarius

Kritik Noven Honarius soal Transmigrasi ke Kalimantan. (Dok. Istimewa)

BERITAINKALBAR.COM, SINTANG – Wacana program transmigrasi periode 2025–2029 ke wilayah Kalimantan kembali menuai pro dan kontra. Salah satu suara keras datang dari tokoh muda Kalimantan, Noven Honarius, yang menilai kebijakan tersebut sebagai bentuk ketidakadilan terhadap masyarakat lokal, khususnya masyarakat adat Dayak yang masih hidup dalam keterbatasan hak atas tanah mereka sendiri.

Menurut Noven, pemerintah seharusnya lebih dahulu menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat Kalimantan sebelum membuka pintu bagi program transmigrasi. Ia menyebut, hingga saat ini jutaan masyarakat pribumi hidup tanpa sertifikat tanah, bahkan belum pernah melihat wujudnya sebagai bukti legal atas hak hidup di tanah leluhur mereka.

Baca juga:  BMKG Kalbar Rilis Peringatan Dini Cuaca 19–21 Juli 2025

“Transmigrasi ini merupakan salah satu bentuk penjajahan terhadap masyarakat, terutama masyarakat Dayak yang tinggal di pedalaman. Transmigran difasilitasi hak atas tanah, sementara jutaan masyarakat pribumi bahkan belum melihat apalagi memiliki sertifikat atas tanah tempat mereka hidup selama puluhan tahun,” tegas Noven.

Noven menyatakan dengan tegas bahwa ia tidak bisa mentolerir rencana tersebut. Ia meminta pemerintah untuk menghentikan wacana pemindahan penduduk dari luar ke Kalimantan, dan fokus pada upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat lokal.

Baca juga:  Profil Suku Dayak Ntuka yang Jadi Tuan Rumah Gawai Dayak XIII Sekadau 2024

“Pemerintah harusnya urus dulu masyarakat pribumi. Jangan sibuk mindahkan orang dari luar ke Kalimantan, karena itu sama saja mengubur mimpi anak-anak Kalimantan yang sudah lama menanti keadilan,” ujarnya.

Tak hanya itu, kekecewaan juga ia sampaikan terhadap Lazarus, Ketua Komisi V DPR-RI yang juga merupakan putra Dayak. Menurut Noven, Lazarus tidak pantas disebut sebagai pejuang masyarakat Dayak karena justru menyetujui anggaran untuk program transmigrasi tersebut.

“Saya sangat kecewa kepada Ketua Komisi V DPR-RI yang juga putra Dayak. Di tengah penolakan masyarakat, beliau malah mengetuk palu anggaran yang justru menjadi tanda terbukanya pintu transmigrasi. Selama ini kita bangga kepadanya sebagai orang tua di Senayan, tapi hari ini beliau tidak layak disebut pejuang tanah Dayak,” kata Noven dengan nada tegas.

Baca juga:  Profil Provinsi Kalbar: Lengkap dengan Letak Geografis hingga Demografinya

Pernyataan Noven menambah panjang daftar kritik terhadap program transmigrasi, yang dianggap tidak berpihak kepada masyarakat lokal. Ia menegaskan akan terus menyuarakan aspirasi rakyat Kalimantan agar keadilan benar-benar hadir di bumi Borneo. (Epry Barage)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *