Presiden Sri Lanka Tetapkan Darurat Nasional Banjir-Longsor Usai 153 Warga Dilaporkan Tewas

Evakuasi korban banjir bandang di Sri Lanka. (Poh Teck Tung Foundation via REUTERS)
BERITAINKALBAR.COM, NASIONAL – Sri Lanka resmi menetapkan status darurat nasional pada Sabtu (29/11) menyusul banjir bandang dan longsor besar yang dipicu oleh Siklon Ditwah. Bencana ini menimbulkan dampak luas, dengan 153 orang dilaporkan meninggal dunia dan 191 lainnya masih hilang.
Menurut Pusat Manajemen Bencana (DMC), siklon tersebut menyebabkan kerusakan parah, menghancurkan lebih dari 20.000 rumah di berbagai distrik. Tak hanya itu, sekitar 108.000 warga kini terpaksa mengungsi ke pos-pos penampungan darurat. Pemerintah juga mencatat bahwa hampir 800.000 penduduk terdampak langsung dan membutuhkan bantuan setelah rumah mereka terendam atau rusak berat.
Presiden Anura Kumara Dissanayake mengaktifkan status darurat untuk memberikan kewenangan penuh kepada seluruh lembaga negara dalam mempercepat evakuasi, penyaluran logistik, serta operasi penyelamatan di daerah-daerah yang masih terisolasi akibat banjir dan tanah longsor. Kebijakan darurat ini dikeluarkan setelah curah hujan ekstrem mengguyur Sri Lanka selama sepekan, memperburuk kondisi infrastruktur dan membuat sejumlah wilayah tidak dapat diakses.
Dengan status darurat yang kini berlaku, pemerintah Sri Lanka berupaya mengoordinasikan seluruh sumber daya demi mempercepat pemulihan dan perlindungan warga yang terdampak bencana.
Bencana kali ini dipicu oleh Siklon Ditwah, yang melintasi Sri Lanka pada Rabu (26/11). Meski siklon tersebut telah bergerak menjauhi wilayah Sri Lanka, sisa-sisa sistem cuaca masih membawa curah hujan ekstrem, menyebabkan genangan meluas dan tanah labil di wilayah perbukitan. Akibatnya, kerusakan ditemukan di banyak lokasi, mulai dari permukiman, jalan raya, hingga fasilitas publik.
Memasuki Sabtu, kondisi banjir di dataran rendah semakin memburuk. Otoritas memperingatkan warga untuk melakukan evakuasi segera, terutama di daerah yang dilewati Sungai Kelani. Sungai besar yang mengalir dari Kolombo menuju Samudra Hindia itu meluap pada Jumat (28/11) malam, memaksa ratusan warga pindah ke pusat penampungan sementara yang disiapkan pemerintah lokal.
Untuk mempercepat upaya penyelamatan, pemerintah Sri Lanka mengerahkan anggota angkatan bersenjata, lengkap dengan helikopter dan perahu militer. Langkah ini dilakukan untuk menjangkau wilayah yang terputus akibat arus deras dan jalan yang tak lagi bisa dilalui kendaraan darat.
Sejumlah pejabat memperkirakan bahwa bencana banjir kali ini berpotensi melampaui skala banjir besar tahun 2016, ketika 71 orang tewas dalam insiden serupa. Jumlah korban tewas kali ini juga menjadi yang tertinggi sejak Juni tahun lalu, saat Sri Lanka kehilangan 26 warganya akibat banjir musiman. Jika menengok sejarah, bencana banjir terburuk Sri Lanka dalam dua dekade terakhir terjadi pada Juni 2003, yang menewaskan 254 orang.
Dukungan internasional mulai mengalir. Pemerintah India menjadi negara pertama yang mengirim bantuan langsung, mengoperasikan satu pesawat khusus yang membawa peralatan darurat, logistik, dan dukungan kemanusiaan bagi korban.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, menyampaikan belasungkawa sekaligus menegaskan kesiapan negaranya untuk terus membantu Sri Lanka. “Kami siap memberikan lebih banyak bantuan dan pendampingan seiring perkembangan situasi,” kata Modi di X.
Dengan kondisi cuaca yang belum sepenuhnya stabil dan banyaknya wilayah yang masih tergenang, pemerintah Sri Lanka memperkirakan jumlah korban dan kerusakan bisa terus bertambah. Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, sementara koordinasi bantuan dari negara tetangga dan lembaga internasional terus diperluas.




