Pelabuhan Kijing Mempawah: Sejarah hingga Peran Strategis Gerbang Baru Perekonomian Kalbar

Penampakan Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah dari udara. (Kolase: Dok. Beritain Kalbar via Wika Jaya Karya)
BERITAINKALBAR.COM, MEMPAWAH – Pelabuhan Kijing, atau Terminal Kijing, merupakan pelabuhan terbesar di Pulau Kalimantan yang terletak di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Jadi ikon kemajuan infrastruktur maritim di Kalbar, berikut sejarah hingga peran strategis gerbang baru perekonomian pelabuhan ini!
Sejarah dan Penamaan Pelabuhan Kijing
Pelabuhan ini dikembangkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo sejak tahun 2016 dan telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada 9 Agustus 2022. Terminal Kijing menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) sesuai Perpres No. 43/2017 tentang Percepatan Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Kijing Pelabuhan Pontianak.
Awalnya, Terminal Kijing sudah ada sejak lama, namun mengalami pembangunan ulang oleh Pelindo untuk meningkatkan kapasitas dan fungsinya. Pelabuhan ini juga memiliki nama lain, yaitu Pelabuhan Tanjungpura, yang diambil dari nama kerajaan terbesar dan tertua di Kalimantan Barat, Kerajaan Tanjungpura. Namun, masyarakat setempat lebih mengenalnya dengan nama Pelabuhan Kijing, sesuai dengan lokasi pelabuhan yang berada di daerah Pantai Kijing, Kecamatan Sungai Kunyit.
Pembangunan dan Kapasitas Terminal Kijing
Pembangunan Terminal Kijing dilakukan dalam tiga tahap, yaitu Tahap Inisial, Tahap 1 Lanjutan, dan Tahap 2. Pada tahap awal, fasilitas yang telah dibangun meliputi:
– Dermaga sepanjang 1.000 meter dengan lebar 100 meter.
– Port Management Area seluas 200 x 100 meter.
– Jalan menuju dermaga (trestle) sepanjang 3,45 km dengan lebar 19,8 meter.
– Terminal peti kemas dan terminal multipurpose.
Terminal Kijing dirancang dengan empat area utama, yaitu:
1. Area Peti Kemas – Kapasitas tahap awal 500 ribu TEUs, dan tahap akhir mencapai 1,95 juta TEUs per tahun.
2. Area Curah Kering – Kapasitas tahap awal 7 juta ton, meningkat menjadi 15 juta ton pada tahap akhir.
3. Area Curah Cair – Kapasitas awal 5 juta ton, dan tahap akhir mencapai 12,18 juta ton.
4. Area Multipurpose – Kapasitas awal 500 ribu ton, meningkat hingga 1 juta ton.
Luas kawasan pelabuhan ini mencapai 200 hektar, yang mencakup area terminal serta area pendukung lainnya.
Peran Strategis Terminal Kijing
Terminal Kijing diharapkan dapat menggantikan peran Pelabuhan Dwikora di Pontianak yang telah mencapai kapasitas maksimal. Dengan terbatasnya lahan ekspansi di Pelabuhan Dwikora dan meningkatnya sedimentasi di Sungai Kapuas, keberadaan Pelabuhan Kijing menjadi solusi utama untuk mendukung aktivitas logistik dan perdagangan di Kalimantan Barat.
Presiden Joko Widodo dalam peresmiannya menegaskan bahwa Pelabuhan Kijing akan meningkatkan daya saing produk-produk unggulan Kalimantan Barat, seperti crude palm oil (CPO), alumina, dan bauksit. Kalimantan Barat sendiri memiliki cadangan bauksit terbesar di Indonesia, mencapai 840 juta ton atau 67% dari total cadangan nasional. Dengan adanya pelabuhan ini, distribusi dan hilirisasi komoditas unggulan dapat berjalan lebih efisien dan berdaya saing.
Selain itu, Terminal Kijing diproyeksikan untuk mengintegrasikan sektor industri dan perdagangan dengan kawasan internasional. Pemerintah menargetkan agar terminal ini mampu mendukung konektivitas maritim antara Indonesia dan negara-negara tetangga, seperti Malaysia.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Agar operasional Terminal Kijing lebih optimal, berbagai dukungan kebijakan masih diperlukan. Deputi GM PT Pelindo II Cabang Pontianak, Mustafa Muhammad, menekankan pentingnya pengintegrasian Pelabuhan Kijing dengan kawasan industri. Pemerintah Kabupaten Mempawah diharapkan dapat melakukan penataan guna menyesuaikan dengan kebutuhan industri dan logistik yang terus berkembang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi juga menegaskan pentingnya sinergi lintas kementerian dan lembaga untuk mengoptimalkan pemanfaatan Terminal Kijing. Infrastruktur pendukung seperti pelebaran jalan arteri dan pembangunan akses jalan tol menuju Pontianak dan Singkawang menjadi kebutuhan mendesak agar distribusi barang lebih lancar.
Di sisi lain, Anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kalimantan Barat, Nugroho Henray Ekasaputra, menyebutkan bahwa percepatan kebijakan hilirisasi industri sangat diperlukan agar nilai tambah dari komoditas unggulan Kalimantan Barat semakin meningkat. Keberadaan Pelabuhan Kijing diyakini akan membawa dampak positif bagi perekonomian daerah, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), serta membuka lebih banyak peluang kerja bagi masyarakat.
Terminal Kijing menjadi simbol kemajuan infrastruktur maritim di Kalimantan Barat. Dengan kapasitas besar dan posisi strategis, pelabuhan ini diharapkan mampu menjadi hub logistik utama yang menghubungkan perdagangan domestik dan internasional.
Namun, dukungan kebijakan dan infrastruktur pendukung harus terus diperkuat agar potensi penuh Terminal Kijing dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan sinergi semua pihak, pelabuhan ini bisa menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat dan Indonesia secara keseluruhan. (da)