Merdu Alunan Musik Tradisional Bergema di PSBD XI Ketapang, Lomba Musik Sape’ Lestarikan Budaya Dayak

Penampilan Lomba Musik Sape' Pentas Seni Budaya Dayak (PSBD) XI Tahun 2025 (Dok. Seksi Dokumentasi & Publikasi PSBD 2025)
BERITAINKALBAR.COM, KETAPANG –Alunan merdu petikan Sape’ menggema di Balai Sungai Kedang, Pendopo Bupati Ketapang, Rabu (8/10/2025) malam WIB, membawa hadirin larut dalam harmoni khas Dayak yang sarat makna. Lomba Musik Sape’ menjadi salah satu penampilan yang paling dinanti dalam rangkaian Pentas Seni Budaya Dayak (PSBD) XI Tahun 2025.
Suasana malam berubah syahdu ketika para peserta satu per satu menunjukkan kepiawaian mereka menghidupkan alat musik tradisional ini. Alfonsus Ide Krisma selaku Penanggung Jawab (PJ) lomba Sape’ menyampaikan bahwa antusiasme peserta tahun ini sangat tinggi, dengan penilaian difokuskan pada teknik petikan, harmoni nada, dan penjiwaan terhadap lagu daerah yang dibawakan.
“Sape’ bukan sekadar alat musik, tapi bagian dari jiwa dan identitas masyarakat Dayak yang sudah menjadi warisan budaya tak benda Indonesia (WTB).Melalui lomba ini, kita ingin menjaga agar warisan ini terus hidup di tengah generasi muda,” ungkap Elias sebagai salah satu juri lomba Sape’.
Dari sekian peserta yang tampil, tiga nama berhasil menarik perhatian dewan juri (Alfonsus Ide Krisma, Elias Ngiuk, Alexander Ongkianas Pralindo), ketiganya adalah Etnomusikolog lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Adapun Ketiga pemenang tersebut yakni:
Juara 1: Anggo Boneng dari Tangkitn Janawi Nusantara, tampil memukau dengan permainan yang dinamis dan penguasaan panggung yang memikat.
Juara 2: Herkulanus Hendri dari Tangkitn Janawi Kec. Simpang Hulu, menampilkan petikan yang kuat dan ekspresif.
Juara 3: Danang dari DAD Kec. Sandai, dengan gaya khas yang menggugah tepuk tangan penonton.
Pertunjukan semakin meriah dengan kehadiran penonton yang memenuhi area pendopo, menunjukkan betapa kuatnya daya tarik Sape’ sebagai simbol keharmonisan antara manusia dan alam. Lantunan musik tradisional itu seolah menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, mengingatkan bahwa di balik modernitas, budaya tetap memiliki tempat yang istimewa.
“Melalui kegiatan seperti ini, kita tidak hanya mencari pemenang, tapi juga menjaga agar seni musik Sape’ tetap lestari dan dikenal lebih luas,” tambah Alexander Ongkianas Pralindo menutup acara dengan penuh haru sekaligus sebagai talent yang menampilkan musik Sape’ malam itu.
PSBD XI Tahun 2025 masih akan berlanjut dengan berbagai lomba budaya dan kesenian tradisional lainnya hingga 11 Oktober mendatang, menjadikan Ketapang kembali sebagai pusat denyut kebudayaan Dayak yang hidup, indah, dan penuh makna.
Peserta Lomba Musik Sape’ Pentas Seni Budaya Dayak (PSBD) XI Tahun 2025