INFOGRAFIS Produksi Tanaman Biofarmaka di Pontianak: Lidah Buaya hingga Jahe
INFOGRAFIS PONTIANAK – Kota Pontianak merupakan salah satu wilayah yang aktif dalam produksi tanaman biofarmaka, seperti lidah buaya, jahe, kunyit, lengkuas, kencur, dan temulawak. Data dari Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kota Pontianak Tahun 2023 menunjukkan perkembangan produksi tanaman biofarmaka selama tiga tahun terakhir, dengan tren yang cukup beragam di setiap komoditas.
Produksi Tanaman Biofarmaka Pontianak Tahun 2021-2023
Berdasarkan grafik, jumlah produksi tanaman biofarmaka mengalami fluktuasi sepanjang tahun 2022 hingga triwulan III tahun 2023. Produksi tertinggi terjadi pada TW III Tahun 2022 dengan capaian sebesar 721.160 kg. Namun, produksi sempat menurun pada TW IV 2022 menjadi 591.424 kg, dan cenderung stabil di kisaran 574.551 – 578.912 kg pada tahun 2023.
Jumlah Produksi Lidah Buaya: Komoditas Utama
Lidah buaya menjadi komoditas unggulan biofarmaka di Kota Pontianak. Pada TW III Tahun 2023, produksi lidah buaya mencapai 524.940 kg atau 90,92% dari total produksi biofarmaka di Kota Pontianak. Lidah buaya dikenal sebagai tanaman dengan manfaat besar dalam industri kesehatan dan kecantikan, sehingga permintaannya tetap tinggi secara lokal maupun nasional.
Jumlah Produksi Jahe: Komoditas Potensial
Selain lidah buaya, jahe juga mencatatkan produksi yang cukup signifikan. Pada TW III Tahun 2023, produksi jahe mencapai 27.809 kg. Meskipun nilainya lebih kecil dibandingkan lidah buaya, produksi jahe menunjukkan tren pertumbuhan dari tahun-tahun sebelumnya, terutama di Kecamatan Pontianak Utara sebagai sentra produksi utama.
Produksi Tanaman Biofarmaka Lainnya
Selain lidah buaya dan jahe, komoditas biofarmaka lainnya seperti kunyit, lengkuas, kencur, dan temulawak turut berkontribusi dalam produksi:
- Kunyit: 12.572 kg
- Lengkuas: 9.082 kg
- Kencur: 1.884 kg
- Temulawak: 1.050 kg
Meskipun produksinya lebih kecil, tanaman-tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut melalui peningkatan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) agar produktivitasnya dapat meningkat.
Kesimpulan
Dalam tiga tahun terakhir, produksi tanaman biofarmaka di Kota Pontianak didominasi oleh lidah buaya sebagai komoditas utama dengan jumlah produksi tertinggi. Jahe menempati posisi kedua dengan tren yang cenderung meningkat, sementara tanaman seperti kunyit, lengkuas, kencur, dan temulawak masih membutuhkan perhatian lebih untuk mendorong produktivitas. Penerapan teknik budidaya modern dan kebijakan pertanian yang mendukung akan memainkan peran penting dalam meningkatkan hasil produksi biofarmaka di Kota Pontianak ke depan.