Film Zombie Rasa Indonesia “Abadi Nan Jaya” Tayang Kamis, 23 Oktober 2025 di Netflix

Poster Resmi Film Horor Indonesia Abadi Nan Jaya Garapan Sutradara Kimo Stamboel, Tayang 23 Oktober 2025.(Dok. Netflix)
BERITAINKALBAR.COM, SHOWBIZ– Film terbaru karya sutradara Kimo Stamboel berjudul “Abadi Nan Jaya”menghadirkan kisah zombie dengan sentuhan budaya Indonesia yang kuat. Tidak hanya menawarkan ketegangan khas film horor, produksi Netflix ini juga mengangkat unsur lokal seperti jamu, tradisi sunatan, dan simbol alam khas Nusantara seperti tanaman kantong semar.
Kimo menegaskan bahwa sejak awal, timnya bertekad untuk menghadirkan cerita yang benar-benar berakar pada budaya Indonesia.
“Kami ingin membawa cerita yang kental dengan keindonesiaan. Kalau di film barat zombie-nya identik dengan virus buatan laboratorium, di sini kami eksplorasi hal-hal yang lebih dekat dengan rakyat dan tradisi,” ujar Kimo Stamboel dalam konferensi pers dan pemutaran perdana di Epicentrum XXI, Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia Kamis, (23/10/2025).
1. Koreografi Zombie Terinspirasi dari Alam dan Tubuh Manusia
Salah satu elemen menarik dalam film yang akan tayang pada Kamis (23/10/2025) ini terletak pada desain dan koreografi zombie-nya. Koreografer Boby Ari Setiawan, yang memiliki latar belakang seni tari, menciptakan 200 gerakan zombie berbeda dengan inspirasi dari reaksi tubuh terhadap virus serta karakter tanaman kantong semar.
“Setiap gigitan menghasilkan gestur yang berbeda, seperti tubuh yang meriang. Kami latih getaran tubuh hingga teknik vokal menarik napas untuk menciptakan suara khas zombie,” jelas Boby.
2. Riasan Zombie Dibuat Manual Tanpa Teknologi Digital
Dari sisi tata rias, make up artist Astrid Sambudiono menuturkan bahwa semua karakter zombie dibuat secara manual tanpa bantuan template digital.
“Ada lebih dari 200 karakter dengan luka dan bentuk yang berbeda-beda. Semua prostetik kami sesuaikan dengan cuaca tropis supaya tahan panas,” ungkap Astrid.
3. Kolaborasi Netflix dan Sineas Lokal
Kolaborasi antara Netflix dan sineas lokal ini juga membuka ruang bagi tim produksi untuk melakukan riset mendalam serta sesi latihan intensif. Proses syuting berlangsung selama tiga bulan, termasuk workshop khusus bagi para pemeran untuk mempelajari transisi emosional dari manusia menjadi zombie.
“Film ini bukan sekadar menakut-nakuti, tapi juga bercerita tentang manusia, keluarga, dan kehilangan dengan latar budaya kita sendiri,” tambah Kimo.
4. Akting Para Pemeran Sarat Emosi dan Makna
Deretan pemeran utama seperti Mikha Tambayong, Eva Celia, Marthino Lio, Dimas Anggara, dan Donny Damara turut memberi warna emosional dalam film ini. Mikha menilai kisahnya tidak hanya menghadirkan ketegangan, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan.
“Ada lapisan rasa yang dalam karena semua karakternya berakar pada hubungan manusia, bukan sekadar lari dari zombie,” ujar Mikha Tambayong.
Sementara itu, Donny Damara yang memerankan karakter Sadimin mengaku perannya menantang secara emosional.
“Sadimin itu sosok baik tapi naif. Ia ingin berbuat benar untuk keluarganya, tapi akhirnya harus menanggung akibat dari pilihannya,” katanya.
Eva Celia juga mengungkapkan bahwa perannya sebagai Karina memberi kesempatan untuk mengeksplorasi kompleksitas manusia.
“Karina adalah manusia biasa yang membuat keputusan keliru, tapi di balik itu ia tulus ingin membangun keluarga,” tutur Eva.
Sedangkan Dimas Anggara, pemeran Rudi, menilai pengalaman bermain di film ini sangat menantang.
“Gerakannya absurd, semua otot tegang, suara harus keluar dalam satu napas. Capek tapi seru, karena ini pengalaman baru,” ujarnya.
Dengan perpaduan horor, emosi, dan budaya lokal yang kuat, “Abadi Nan Jaya” hadir bukan hanya sebagai tontonan menegangkan, tetapi juga refleksi tentang manusia dan tradisi di tengah kekacauan.




