Festival Bakcang 2025 Rajut Keberagaman, Ketua MABT Harap Pontianak Jadi Kota Toleran

Ketua MABT Kota Pontianak, Hendry Pangestu Lim saat sampaikan sambutan pembukaan Festival Bakcang Pontianak 2025. (Dok. Beritain Kalbar/Epri Sandi Putra)
BERITAINKALBAR.COM, PONTIANAK — Ketua Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Kota Pontianak, Hendry Pangestu Lim, menyuarakan harapannya agar Pontianak dapat menjadi salah satu kota paling toleran di Indonesia. Harapan tersebut ia sampaikan dalam perhelatan Festival Bakcang 2576/2025 yang berlangsung meriah di Alun-Alun Taman Kapuas, Sabtu (31/5), dengan dihadiri oleh masyarakat lintas etnis, wisatawan lokal maupun mancanegara.
“Multietnis di Pontianak sangat luar biasa. Kita berharap Pontianak bisa meraih predikat sebagai kota paling toleran. Festival ini adalah bukti bagaimana berbagai etnis bisa merayakan budaya bersama dalam suasana damai dan penuh kegembiraan,” ujar Hendry.
Festival Bakcang tahun ini semakin semarak dengan berbagai pertunjukan budaya, seperti tarian naga dari Dragon Dance Panca Bakti dan barongsai dari Yu Wen. Tak kurang dari 20 perwakilan etnis di Pontianak hadir dan meramaikan acara, menegaskan keberagaman budaya yang hidup harmonis di Kota Khatulistiwa.
Selain itu, festival ini juga menarik minat wisatawan dari Brunei Darussalam dan Tiongkok yang ikut menyaksikan serta menikmati berbagai rangkaian kegiatan.
Sebagai bentuk keterbukaan dan penghargaan terhadap keberagaman, panitia membagikan seribu bakcang halal gratis kepada masyarakat.
“Untuk festival tahun ini, panitia membagikan seribu bakcang halal secara gratis,” kata Hendry.
Tahun ini, panitia juga menyiapkan tiga kapal wisata—satu kapal VIP dan dua untuk masyarakat umum—untuk mengelilingi Sungai Kapuas sambil menikmati bakcang. Acara juga dimeriahkan dengan lomba makan bakcang dan ‘Perang Air’ yang menambah semarak suasana.
Wakil Wali Kota Pontianak, Bahasan, dalam sambutannya menyatakan bahwa Festival Bakcang kini resmi masuk dalam Pontianak Calendar of Events 2025. Ia mengapresiasi MABT yang telah secara mandiri menyelenggarakan festival ini sejak tahun 2022.
“Kota Pontianak sangat heterogen dan majemuk. Semua suku dan agama ada di sini. Semoga dengan event seperti ini, kita bisa menjaga kerukunan dan toleransi antarwarga,” kata Bahasan.
Ia menambahkan bahwa pelibatan pemerintah kota dalam festival ini merupakan bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya lokal dan pengembangan wisata budaya yang inklusif.
Bahasan juga menekankan pentingnya menjadikan Festival Bakcang sebagai sarana edukasi lintas generasi dan lintas budaya.
“Jika dikemas secara menarik dan profesional, Festival Bakcang memiliki potensi besar untuk menarik kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara ke Pontianak. Ini tentunya akan berdampak positif terhadap perekonomian lokal dan mempererat interaksi sosial antarwarga,” jelasnya.
Sebagai salah satu warisan budaya Tionghoa yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 kalender lunar, Festival Bakcang tak hanya memperkuat identitas budaya etnis Tionghoa, tetapi juga mengajak seluruh masyarakat Pontianak untuk ikut merayakan dan menjaga harmoni dalam keberagaman.
Melalui penyelenggaraan Festival Bakcang 2576 ini, MABT berharap semangat toleransi dan kebersamaan dapat terus tumbuh dan menjadikan Pontianak sebagai kota yang menjunjung tinggi nilai-nilai multikulturalisme serta menjadi destinasi wisata budaya unggulan di Indonesia.