Kebijakan Fiskal & Moneter 2025: Sinyal Awal Pemulihan Ekonomi RI

Ilustrasi Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melalui Kombinasi Stimulus Fiskal dan Moneter (Dok. BeritainKalbar)
BERITAINKALBAR.COM, NASIONAL –Pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) mulai memetik hasil dari kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang mereka jalankan sepanjang 2025. Pasar keuangan menampilkan tanda-tanda awal bahwa strategi ini berhasil mendorong pertumbuhan.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan belanja negara berjalan agresif untuk mempercepat peredaran uang primer dan meningkatkan konsumsi masyarakat. Ia memindahkan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia ke lima bank BUMN pada September 2025. Pemerintah juga meluncurkan paket stimulus akhir tahun dengan skema 8+4+5.
Di sisi moneter, Gubernur BI Perry Warjiyo menurunkan BI Rate sebanyak lima kali sepanjang tahun ini dengan total 125 basis poin. Kebijakan itu membuat suku bunga acuan turun menjadi 4,75% pada September 2025.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa data Indonesia Overnight Index Average (INDONIA) turun 144 bps sejak awal tahun. SRBI tenor 6–12 bulan juga anjlok lebih dari 200 bps, sedangkan yield SBN tenor dua tahun merosot sekitar 185 bps.
“Biaya dana jangka pendek bank sudah lebih murah, sehingga saluran pertama stimulus moneter bekerja segera,” ujar Josua, dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (18/9/2025).
Josua menegaskan bahwa penurunan bunga kredit memang membutuhkan waktu, tetapi bauran kebijakan fiskal dan moneter mempercepat prosesnya. Data BI mencatat bunga kredit rupiah rata-rata turun 3 bps menjadi 9,13% pada Agustus 2025, sedangkan bunga DPK rupiah turun 6 bps ke 3,07%.
Ia menyebut sektor prioritas, seperti pembiayaan perumahan rakyat dan proyek hijau, sudah menikmati bunga kredit di bawah rata-rata industri. Kondisi itu menunjukkan transmisi kebijakan mengalir ke sasaran utama pemerintah.
Langkah fiskal berupa penempatan dana Rp200 triliun di bank BUMN menambah pasokan likuiditas murah. Bank pun tidak perlu lagi menawarkan bunga deposito tinggi. Data terbaru menunjukkan M0 Adjusted tumbuh 7,34% yoy pada Agustus 2025, sedangkan M2 juga meningkat lebih cepat.
“Basis uang beredar sudah tumbuh lebih cepat, indikator dini bahwa transmisi ke uang beredar mulai menguat,” jelas Josua.
Dampak Lebih Besar Diproyeksi 2026
Josua memperkirakan efek penuh kebijakan fiskal dan moneter akan terasa pada 2026. Meski begitu, ia menilai tanda awal sudah muncul sejak paruh akhir 2025, antara lain dari penurunan bunga kredit baru, promosi KPR, dan pipeline pembiayaan yang mulai aktif.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, mendukung pandangan tersebut. Ia memprediksi kuartal IV-2025 akan menjadi momen penting saat SBDK turun signifikan, cicilan KPR dan modal kerja lebih ringan, serta dana pemerintah bertransformasi menjadi kredit produktif.
“Efek penuhnya menguat pada kuartal I–II 2026 seiring keputusan investasi dan perekrutan yang membutuhkan waktu,” ungkap Karimi.
Karimi menilai target pertumbuhan ekonomi 5,2% pada 2025 tetap realistis. Menurutnya, perekonomian pada kuartal IV harus mampu tumbuh di kisaran 5,7–5,9% agar rata-rata tahunan tercapai.
“Q4 harus kencang agar setahun penuh mendekati 5,2%,” tegas Karimi.




