Digitalisasi Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Ilustrasi (Dok. Beritain Kalbar)
BERITAINKALBAR.COM, LIFESTYLE – Perkembangan digitalisasi di Indonesia terus mendorong perekonomian nasional. Teknologi digital tidak hanya memperluas peluang usaha secara daring, tetapi juga membantu pemerataan ekonomi bagi masyarakat.
Secara global, ekonomi digital kini menjelma sebagai salah satu pilar utama pembangunan ekonomi. Kehadiran digitalisasi mengubah cara bisnis berjalan, membuka lapangan kerja baru, serta menciptakan ruang inovasi dan kolaborasi lintas sektor.
Proyeksi Nilai Ekonomi Digital Indonesia
Nilai ekonomi digital Indonesia pada 2024 sudah mencapai angka yang signifikan. Laporan e-Conomy SEA 2024 dari Google, Temasek, dan Baik & Company memperkirakan totalnya sekitar US$90 miliar. Angka tersebut berpotensi naik menjadi US$120 miliar pada 2025, bahkan bisa menembus US$200 miliar hingga US$360 miliar pada 2030.
Center of Economic and Law Studies (CELIOS) melalui laporan “Indonesia Digital Economy Outlook 2025” juga memberikan gambaran tentang kondisi ekonomi digital di masa depan. Studi ini menyoroti peluang besar sekaligus tantangan yang harus diantisipasi agar pertumbuhan tetap terjaga.
Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda, memproyeksikan sektor digital pada 2025 akan tumbuh di bidang e-commerce, transportasi online, pembayaran digital, pinjaman digital, hingga online travel. Ia menggunakan model statistik ARIMA yang efektif dalam menganalisis data deret waktu, mirip dengan metode untuk memprediksi PDB dan indikator ekonomi lain.
Nailul mencatat, transaksi e-commerce di 2024 naik 3% menjadi Rp468,6 triliun dibanding Rp453,7 triliun pada 2023. Namun, ia memperkirakan pada 2025 kenaikannya hanya 0,5% atau sekitar Rp471 triliun. “Sayangnya, daya beli masyarakat yang menurun serta potensi kenaikan tarif PPN membuat kenaikan e-commerce tidak sekuat tahun sebelumnya,” jelas Nailul dalam risetnya.
Sebaliknya, transportasi daring dan online travel justru menunjukkan tren positif. Transaksi transportasi online diperkirakan menembus Rp12,66 triliun, sementara online travel mencapai Rp11,77 triliun. Nailul menilai, peningkatan ini mampu membuka lapangan kerja baru dan memperkuat optimisme pasar digital.
Pertumbuhan Pembayaran Digital
Selain itu, CELIOS juga memproyeksikan lonjakan signifikan pada pembayaran digital. Nilai transaksinya pada 2025 diperkirakan mencapai Rp2.908,59 triliun, naik 16,73% dari Rp2.491,68 triliun di 2024. Nailul menegaskan bahwa kenaikan ini didorong oleh tingginya adopsi teknologi finansial dan kebutuhan pembiayaan pascapandemi COVID-19.
Peneliti CELIOS, Rani Septya, menambahkan digitalisasi membuka peluang pemerataan ekonomi Indonesia. Menurutnya, pemerintah aktif mendorong hal ini melalui program Satu Data Indonesia serta penerapan SNAP Bank Indonesia yang membuat sistem pembayaran lebih real time, aman, dan transparan.
Dampak pada UMKM dan Transaksi Non-Tunai
Digitalisasi juga memberi dampak besar pada UMKM. Data Kementerian Koperasi dan UKM menunjukkan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 64,2 juta unit. Dari jumlah itu, lebih dari 25 juta UMKM sudah masuk ekosistem digital pada 2024. Meski proporsinya masih kecil, puluhan juta pelaku usaha kini bisa menjangkau pasar lebih luas melalui platform digital.
Pergeseran perilaku masyarakat juga terlihat dari transaksi uang elektronik. Sepanjang 2024, nilainya melonjak hingga Rp2,4 kuadriliun. Fakta ini membuktikan bahwa masyarakat semakin terbiasa dengan transaksi non-tunai yang lebih praktis serta menjadi pintu masuk menuju layanan keuangan lainnya.
Rani menekankan perbaikan infrastruktur turut mendukung percepatan digitalisasi. “Saat ini, 91% rumah tangga di perkotaan sudah memiliki akses internet, sementara di desa mencapai 81,6%. Memang kesenjangan masih ada, tetapi jaraknya semakin menyempit, dan ini penting bagi pemerataan,” ujar Rani. dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).
Pemerataan Akses Internet Jadi Prioritas
Upaya pemerintah memperluas digitalisasi selaras dengan semangat Hari Kemerdekaan RI ke-80 bertema Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju. Pemerintah menilai digitalisasi menjadi pilar kedaulatan bangsa sekaligus penghubung konektivitas nasional.
Sebagai langkah nyata, Presiden Prabowo Subianto mendorong pembukaan spektrum 6 GHz untuk memperluas akses internet. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, meresmikan kebijakan ini awal 2025 dengan dukungan Indonesia Technology Alliance. Ia menegaskan, peluncuran Wi-Fi 6E dan Wi-Fi 7 menjadi tonggak penting transformasi digital Indonesia.
“Kami percaya konektivitas bukan sekadar kemewahan, tetapi kebutuhan dasar untuk pertumbuhan ekonomi, pendidikan, inovasi, dan daya saing nasional,” ujar Meutya dalam peluncuran tersebut. (pdp)