Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Turun dari 2022, Berapa Persen?
BERITAINKALBAR.COM – Di tengah berbagai tantangan ekonomi global, mulai dari potensi pelambatan ekonomi, peningkatan tensi geopolitik, risiko inflasi, hingga perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 berhasil tumbuh positif meski turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023
Berapa Persen Angkanya?
Angka pertumbuhannnya mencapai 5,05 persen. Pertumbuhan ini turun dari tahun sebelumnya yang berada di angka 5,31 persen.
Pada Triwulan IV-2023, pertumbuhan tercatat sebesar 5,04 persen (year-on-year/yoy), melebihi pertumbuhan pada Triwulan III-2023 yang hanya mencapai 4,94 persen.
Menurut Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangannya yang dimuat di laman Setkab RI pada Selasa (6/2) menerangkan bahwa angka tersebut melampaui perkiraan konsensus pada waktu itu yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2023 sebesar 5,03 persen.
Tumbuh Positif
Airlangga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional pada Triwulan IV-2023 didukung oleh kinerja positif sejumlah komponen di sektor usaha. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 7,68 persen (yoy).
Sektor itu menjadi kontributor pertumbuhan terbesar kedua setelah industri pengolahan yang mencapai 4,07 persen (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2023 juga didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,82 persen (yoy) dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang mencapai 4,40 persen (yoy). Sektor transportasi dan pergudangan juga mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 13,96 persen (yoy). Di sisi pengeluaran, konsumsi lembaga non-profit rumah tangga (LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 9,83 persen (yoy).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan PMTB, serta peningkatan pertumbuhan sektor konstruksi, merupakan hasil dari upaya pemerintah dalam menstimulasi perekonomian nasional pada Triwulan IV-2023, seperti stimulus sektor perumahan melalui kebijakan pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP), subsidi biaya administrasi bagi perumahan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dan penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) untuk penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Secara spasial, seluruh wilayah Indonesia mengalami penguatan. Pulau Jawa menyumbang kontribusi terbesar kepada produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 57,05 persen.
Pertumbuhan ekonomi signifikan juga terjadi di Maluku Utara (20,49 persen) dan Sulawesi Tengah (11,91 persen), yang didukung oleh kinerja industri pengolahan logam dasar.
Dengan capaian tersebut, Indonesia mampu bertahan sebagai salah satu negara yang tumbuh kuat dan persisten. Bahkan, melampaui beberapa negara mitra seperti Malaysia (3,77 persen) dan Republik Korea (1,36 persen). Angka tersebut juga di atas negara G20 seperti Amerika Serikat (2,5 persen), Perancis (0,9 persen), dan Jerman yang mengalami kontraksi (minus 0,3 persen).
Prospek Positif
Berbagai lembaga memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tahun 2025. Seperti IMF (5 persen), World Bank (antara 4,9-5 persen), dan OECD (5,2 persen).
Angka tersebut menunjukkan Indonesia akan tetap tumbuh di atas rata-rata proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia dan ekonomi negara berkembang seperti Tiongkok. Oleh karena itu, kebijakan berkelanjutan menjadi kunci pertumbuhan perekonomian ke depan, meskipun ada risiko-risiko yang harus dihadapi.