Pertamina Catat Lonjakan Konsumsi BBM Non Subsidi, Migrasi Capai 1,4 Juta KL

Ilustrasi BBM Non Subsidi Meningkat (Dok. BeritainKalbar)
BERITAINKALBAR.COM, NASIONAL – Pertamina Patra Niaga mencatat lonjakan signifikan konsumsi BBM non subsidi di Indonesia. Pergeseran ini terjadi karena penerapan program subsidi tepat yang mewajibkan penggunaan QR Code untuk pembelian Pertalite dan Solar subsidi.
Pertumbuhan Konsumsi BBM Non Subsidi
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Mars Ega Legowo Putra, menegaskan kenaikan konsumsi BBM non subsidi sangat terasa sepanjang setahun terakhir produk pertamax mengalami pertumbuhan 24%.
“Untuk produk Turbo, kita mencatat pertumbuhan 55%. Untuk produk Dex, pertumbuhan 19%,” kata Mars dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI, Jakarta, dikutip dari CNBC Indonesia Senin (15/9/2025).
Mars menekankan bahwa kebijakan subsidi tepat melalui My Pertamina mendorong pergeseran konsumsi tersebut.
“Sehingga, program subsidi tepat ini mempunyai impact untuk mendorong produk-produk non-subsidi terus meningkat,” jelasnya.
Pertamina Patra Niaga membukukan penjualan total 59 juta kiloliter hingga Juli 2025. Dari jumlah itu, 41% berasal dari produk non subsidi. Perusahaan juga memperluas distribusi lewat lebih dari 15.000 titik layanan BBM dan LPG di seluruh Indonesia, termasuk 573 titik BBM Satu Harga.
ESDM: Migrasi Capai 1,4 Juta Kiloliter
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, mengonfirmasi fenomena migrasi konsumsi tersebut. Ia menyebut perpindahan dari subsidi ke non subsidi mencapai 1,4 juta kiloliter.
“Jadi ini terjadi peningkatan. Menurut hitungan kami itu shifting yang terjadi itu sekitar 1,4 juta kiloliter, yang ini BBM jadi. Ke non subsidi. Jadi itu yang menyebabkan itu ada peningkatan permintaan untuk badan swasta,” ujarnya.
Faktor Kendaraan dan QR Code
Yuliot menambahkan banyak masyarakat belum mendaftar QR Code karena kapasitas mesin (CC) kendaraan tidak sesuai aturan. Akibatnya, mereka beralih ke BBM non subsidi.
“Sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin itu CC kendaraannya tidak sesuai, terjadi shifting yang tadinya dari subsidi Pertalite itu menjadi non subsidi,” katanya.
Perubahan Perilaku Konsumen
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Laode Sulaeman, juga menyoroti perubahan perilaku masyarakat. Ia memastikan konsumen kini tidak sepenuhnya bergantung pada BBM subsidi.
“Ada shifting. Jadi masyarakat kita ternyata saat ini juga tidak selalu menggantungkan diri pada BBM subsidi. Mereka juga shifting ke jenis BBM yang di atas RON 92,” jelasnya.
Perubahan tren konsumsi tersebut bahkan memicu penipisan stok BBM di sejumlah SPBU swasta dalam beberapa pekan terakhir.




