Ketua MABM Ketapang: Pagelaran Seni Budaye Melayu Harus Jadi Warisan untuk Generasi Muda

Ketua MABM Kabupaten Ketapang, H. Irvan Masyad, S.Pd, MH., (Dok. MABM/Ketapang)

BERITAINKALBAR.COM, KETAPANGMajelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Ketapang kembali menggelar kegiatan rutin tahunan berupa Pagelaran Seni Budaye Melayu yang tahun ini akan dimulai pelaksanaannye pada 24–30 September 2025. Ketua MABM Kabupaten Ketapang, H. Irvan Masyad, S.Pd, MH., menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bukan sekadar hiburan, melainkan sarana penting untuk menjaga dan melestarikan adat serta budaya Melayu di tengah arus perubahan zaman.

“Murai batu di pohon jati, berkicau merdu di pagi hari. Waktu berlalu zaman berganti, adat budaye tetaplah lestari,” ungkapnya membuka sambutan dalam rapat panitia.

Irvan menjelaskan, rangkaian kegiatan akan diisi dengan beragam lomba dan pertunjukan seperti busana Melayu, tulisan Arab Melayu (aksara Jawi), syair gulung, motif batik Melayu, dendang Melayu, uri gasing, sholawatan, hingga pawai arak-arakan astagune menggunakan mobil, motor, dan sepeda hias. Semua ini, menurutnya, merupakan bagian dari identitas budaya yang melekat pada masyarakat Melayu.

Baca juga:  INFOGRAFIS 4 Cagub Kalbar 2024 Partai Demokrat: Harta dan Karir Politiknya

“Pelaksanaan kegiatan ini terselenggara atas partisipasi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Ketapang, khususnya masyarakat Melayu, serta dukungan penuh dari Pemerintah Daerah melalui Bupati dan Wakil Bupati Ketapang. Untuk itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya,” ujar Irvan.

Ia menekankan bahwa tujuan utama dari pagelaran ini adalah menghidupkan kembali nilai-nilai adab dan budaya Melayu agar anak cucu tetap mengetahuinya.

“Perkembangan zaman tidak boleh mengikis adat dan adab Melayu, termasuk adab menghormati orang lain. Dalam adat kekerabatan orang melayu apabila disetiap kehidupan sehari-hari nya selalu menggunakan bahasa melayu, maka dia adalah bagian dari kami orang melayu sesuai dengan falsafah melayu yang kita pegang adalah Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah. Karena itu, adat Melayu sangat erat kaitannya dengan ajaran Islam yang menjadi pedoman hidup masyarakat,” tegasnya.

Baca juga:  Motif TPPO Wanita Muda Pontianak yang Dijual ke China Rp10 Juta

Irvan juga mencontohkan beragam tradisi yang masih dijalankan masyarakat Melayu di Ketapang hingga saat ini, mulai dari adat perkawinan seperti prosesi pinang meminang dengan berbalas pantun, penyerahan mahar, hingga adat malam berpacar; tradisi siklus kehidupan seperti mandi nujuh bulan, gunting rambut, khitanan; serta perayaan adat tepung tawar, nujuh likur, hingga balik kampung saat Idul Fitri dan Idul Adha.

“Seiring waktu, tentu ada adaptasi agar adat Melayu tetap relevan dengan perkembangan zaman. Namun harapan kami, adat istiadat Melayu di Kabupaten Ketapang tetap menjadi pegangan hidup dan terus dilestarikan,” jelasnya.

Baca juga:  Kite Promoin Buatan Mahasiswa Resiskom yang Dapat Pendanaan KWU Untan 2019 Rebranding Jadi Digitalin Space

Sebagai penutup, Irvan mengajak seluruh masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memeriahkan agenda budaya ini.

“Tak hilang adat dan budaya ditelan zaman, kite bangun Tanah Kayong bergandengan tangan”.

“Pohon rambutan daun nye layu, ditiup angin batangnye bergoyang. Mari kite meriahkan Pagelaran Seni Budaye Melayu yang diselenggarakan oleh MABM Kabupaten Ketapang,” ujarnya.

(pdp)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *